Tuesday, May 23, 2017
Peta Konsep: Sistem Reproduksi dan Sistem Pertahanan Tubuh
Lembar Kerja Siswa I
Semester Genap (IV/ Empat)
Peta Konsep
Lengkapi dan Tuliskan Peta Konsep pada Diagram Gambar Flowchart di bawah ini
11. Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Reproduksi
Insert Picture
12. Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Pertahanan Tubuh/ Kekebalan/ Imun
Insert Picture
Peta Konsep: Sistem Pencernaan, Sistem Pernapasan,
Lembar Kerja Siswa I
Semester Genap (IV/ Empat)
Peta Konsep
Lengkapi dan Tuliskan Peta Konsep pada Diagram Gambar Flowchart di bawah ini
6. Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Pencernaan
Insert Picture
7. Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Pernapasan
Insert Picture
8. Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Ekskresi
Insert Picture
9. Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Regulasi/ Saraf
Insert Picture
10. Bahaya dan Dampak Psikotropika
Insert Picture
Monday, May 22, 2017
Peta Konsep : Struktur dan Fungsi Tulang, Otot, dan Sendi - Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Peredaran Darah
Lembar Kerja Siswa I
Semester Ganjil (III/ Tiga)
Peta Konsep
Lengkapi dan Tuliskan Peta Konsep pada Diagram Gambar Flowchart di bawah ini
4. Struktur dan Fungsi Tulang, Otot, dan Sendi
5. Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Peredaran Darah
insert picture
Peta Konsep : Sel, Struktur dan Fungsi Jaringan pada Tumbuhan, dan Struktur dan Fungsi Jaringan pada Hewan
Lembar Kerja Siswa I
Semester Ganjil (III/ Tiga)
Peta Konsep
Lengkapi dan Tuliskan Peta Konsep pada Diagram Gambar Flowchart di bawah ini
1. Sel.
2. Struktur dan Fungsi Jaringan pada Tumbuhan.
3. Struktur dan Fungsi Jaringan pada Hewan
Sistem klasifikasi makhluk hidup: takson, binomial nomenklatur
Klasifikasi berarti pengelompokan /penggolongan. Klasifiksi makhluk hidup bertujuan untuk mempermudah pengenalan dalam mempelajari makhluk hidup yang beranekaragam. Klasifikasi dilakukan berdasarkan adanya persamaan dan perbedaan cirri terpenting yang dimiliki oleh makhluk hidup. Makhluk hidup yang memiliki persamaan cirri-ciri dimasukkan dalam kelompok (takson) yang sama. Semakin banyak persamaanya semakin dekat kekerabatannya. Adapun cabang ilmu Biologi yang mempelajari tentang pengelompokan, makhluk hidup secara sistematik disebut taksonomi.
Pada abad ke-18 Carolus Linnaeus (Karl Line) (1707-1778) seorang ahli biologi dari Swedia telah menemukan klasifikasi tumbuhan (1753) dan klasifikasi hewan (1758). Selain itu beliau juga menciptakan system tatanama makhluk hidup yang disebut system tata nama ganda (binomial nomenklatur), karena itu ia dijuluki Bapak Taksonomi.
Urutan kelompok/takson pada klasifikasi hewan dan tumbuhan secara urut dari kelompok yang anggotanya besar sampai yang anggotanya kecil yaitu :
NO
HEWAN
TUMBUHAN
1
Kingdom / Dunia / Kerajaan
Kingdom / Dunia / Kerajaan
2
Filum / Phylum
Divisi
3
Kelas / Class
Class / Kelas
4
Bangsa / Ordo
Ordo / Bangsa
5
Suku / Familia
Familia / suku
6
Marga / Genus
Genus / marga
7
Jenis / Spesies
Species / jenis
Selain itu, di dalam klasifikasi makhluk hidup menggunakan system yang disebut dengan Sistem Binomial Nomenklatur ( sistem nama ganda ). Di dalam system Binomial Nomenklatur mempunyai aturan-aturan sebagai berikut :
1. Species terdiri dari dua kata , kata pertama menunjukkan genus dan kata kedua menunjukkan sifat spesifikasinya.
2. Kata pertama diawali dengan huruf besar dan kata kedua dengan huruf kecil.
3. Menggunakan bahasa latin atau ilmiah atau bahasa yang dilatinkan dengan dicetak miring atau digaris bawahi .
Contoh : Nama species Pisang : Musa paradisiaca L
Genus : Musa
Species : paradisiacal
Pelaku pengidentifikasi oleh Linnaeus disingkst L .
Bebrapa alas an dalam klasifikasi menggunakan bahasa latin, karena :
1. Agar tidak ada kekeliruaan dalam mengidentifikasi makhluk hidup karena tidak ada nama makhluk hidup yang sama persis.
2. Nama ilmiah jarang berubah.
3. Nama ilmiah ditulis dalam bahasa yang sama di seluruh dunia.
Contoh nama Ilmiah :
NO
Nama Indonesia
Nama Ilmiah
NO
Nama Indonesia
Nama Ilmiah
1
Padi
Oryza sativa
7
Angsana
Pterocarpus conyzoides
2
Janggung
Zea mays
8
Beringin
Ficus bejamina
3
Belinjo
Gnetum gnemon
9
Ikan mas
Ciprinus carpio
4
Mangga
Mangifera indika
10
Harimau
Felis tigris
5
Kacang Hijau
Phaseolus radiates
11
Gajah
Elephas maximus
6
Kacang Buncis
Phaseolus vulgaris
Urutan takson atau tingkatan
Hewan
Tumbuhan
Kingdom
Animalia
Plantae
Divisi / filum
Chordata
Spermatophyta
Class
Mamalia
Angiospermae
Ordo
Carnivora
Leguminosae
Familia
Canidae
Papillioceae
Genus
Canis
Phaseolus
Species
Canis familiaris
Phaseolus vulgaris
(Anjing)
(Kacang Buncis)
Sistem klasifikasi makhluk hidup selalu mengalami perkembangan dari masa ke masa. Ada beberapa sistem yang pernah digunakan secara internasional, yaitu
1. Sistem Dua Kingdom
Klasifikasi sistem dua kingdom dikemukakan oleh Aristoteles. Sistem klasifikasi ni membagi organisme dibumi ini menjadi dua kelompok besar (kingdom), yaitu Plantae dan Animalia.
2. Sistem Tiga Kingdom
Klasifikasi sistem tiga kingdom dikemukakan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1866, setelah ditemukannya mikroskop cahaya untuk mengungkap adanya organisme uniseluler (bersel satu). Sistem klasifikasi ini membagi organise dibumi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Protista , Plantae, dan Animalia.
3. Sistem Empat Kingdom
Klasifikasi empat kingdom dikemukakan oleh Herbert Copeland; sejak ditemukanna mikroskop elektron untuk mengungkap struktur ultramikroskopik sel, misalnya ada atau tidak adanya membra inti disebut prokrioa, sedangkan organisme yang membran inti disebut eukariota. Sistem klasifikasi ini membagi organisme dibumi menjadi empat kelompok besar, yaitu Monera, Protista, da Animalia.
4. Sistem Lima Kingdom
Klasifikasi sistem lima kingdom dikemukakan oleh R.H. Whittaker pada tahun 1969. Dasar klasifikasi yang digunakan, yaitu ciri struktur sel dan cara memperoleh makannannya. Jamur dipisahkan dari kingdim plantae, dengan alasan jamur tidak dapat membuat makanan sendiri. Oleh sebab itu, klasifikasi sistem lima kingdom terdiri atas Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
5. Sistem Enam Kingdom
Klasifikasi sistem enam kingdom dikemukakan oleh Carl Woese pada tahun 1977, setelah ia menemukan adanya perbedaan pada kelompok prokariota (tidak memiliki membran inti sel) berdasarkan perbandingan RNA ribosom dan urutan lengkap genom pada species bakteri yang masih hidup. Woese mengelompokan prokariota menjadi dua kingdom, yaitu Archaebacteria dan Eubacteria. Archaebacteria memiliki ciri utama yaitu dinding selnya tidak mengandung pertidoglikan dan dapat hidup dilingkungan yang ekstrim. Sedangkan Eubacteria memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan, kecuali genus Chlamydia. Klasifikasi sistem enam kingdom terdiri atas Archaebacteria, Eubacteria, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
6. Sistem Delapan Kingdom
Klasifikasi sistem delapan kingdom yang diajukan oleh Thomas Cavalier-Smith pada tahun 1993 membagi kingdom tunggal protista menjadi tiga kingdom, yaitu Archezoa, Protozoa, Chromista, Fungi, Plante dan Animalia.
7. Sistem Tiga Domain
Domain adalah suatu tingkatan taksonomi di atas kingdom. Sistem tiga domain dikemukakan oleh Carl Woese dan beberapa ahli sistematika lainnya. Makhluk hidup dibagi menjadi tiga domain, yaitu Archaea, Bacteria dan Eukarya (Eukariota). Domain Eukariota terdiri atas Archezoa, Euglenozoa, Alveolata, Stramenopila, Rhodopita, Plantae, Fungi dan Animalia.
Tingkatan takson dalam sistem klasifikasi
1. Kingdom (kerajaan)
Kingdom adalah tingkatan takson tertinggi untuk mahluk hidup. Pada awalnya, hanya ada dua kingdom: Animalia untuk hewan dan Vegetabilia untuk tumbuhan. Ketika makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru ini dipecah ke dalam dua kingdom: yang dapat bergerak ke dalam filum Protozoa, sementara alga dan bakteri ke dalam divisi Thallophyta atau Protophyta. Namun ada beberapa makhluk yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti alga yang dapat bergerak, Euglena, dan jamur lendir yang mirip amuba. Karena adanya kebingungan ini, Ernst Haeckel menyarankan adanya kingdom ketiga, yaitu Protista untuk menampung makhluk hidup yang tidak memiliki ciri klasifikasi yang jelas. Kingdom ketiga in baru populer belakangan ini (kadang dengan sebutan Protoctista). Hingga saat ini ada lima kingdom yang masih digunakan yaitu :
a. monera
b. protista
c. fungi
d. plantae
e. animalia
2. Filum atau divisi (keluarga besar)
Nama filum hanya digunakan untuk hewan sedangkan divisi digunakan untuk tumbuhan.
-contoh organism yang berada dalam tingkatan takson filum adalah memiliki tulang belakang seperti reptile, amfibi, burung, dan ikan.
-contoh tumbuhan yang berada dalam tingkatan divisi adalah spermatophyte (divisi tumbuhan berbiji)
3. Kelas
Kelas ialah kelompok takson yang lebih rendah dari filum atau divisi.
Contoh: Reptilia (kelas hewan melata)
4. Ordo (bangsa)
Baik tumbuhan ataupun hewan terdiri atas ordo. Pada tumbuhan nama ordo umumnya diberi akhiran –ales.
Contoh : Rosales (bangsa mawar-mawaran)
5.Famili (suku atau keluarga)
Famili adalah suatu kelompok organisme yang bersuku dekat dengan cirri-ciri yang sama. Famili adalah tingkatan takson dibawah ordo. Untuk tumbuhan diberi akhiran –aceae, dan untuk hewan diberi akhiran –ideae
Contoh : Tumbuhan : solaneceae (keluarga kentang)
Hewan : felidae (keluarga kucing)
6. Genus (marga)
Dalam biologi, genus (jamak genera) atau marga adalah salah satu bentuk pengelompokan dalam klasifikasi makhluk hidup yang lebih rendah dari familia. Anggota-anggota genus memiliki kesamaan morfologi dan kekerabatan yang dekat.
Contoh : annona (marga sirsak dan serikaya)
7. Spesies (jenis)
Spesies adalah suatu kelompok organisme yang dapat meakukan perkawinan antar sesamanya untuk mendapatkan keturuna yang bagus. Spesies menjadi unit dasar klasifikasi karena tingkatan taksonnya paling rendah.
Sistem Binomial Nomenclatur
Sistem Ini mengelompokkan jenis-jenis tertentu dalam satu kelompok besar yang disebut marga. Marga yang memiliki kemiripan yang tinggi ditempatkan dalam kelompok yang lebih besar yaitu famili (suku). Famili yang memiliki tingkat kemiripan yang lebih tinggi ditempatkan kedalam satu ordo (bangsa). Ordo yang memiliki tingkat kemiripan yang lebih tinggi ditempatkan kedalam satu kingdom (kerajaan).
Masing-masing kingdom atau kerajaan makhluk hidup dibagi-bagi menjadi divisio atau divisi untuk tumbuhan dan phylum untuk hewan. Setiap filum atau divisi dibagi menjadi kelompok yang lebih kecil dan demikian seterusnya.
Setiap kelompok yang terbentuk dalam klasifikasi makhluk hidup disebut takson. Ilmu yang mempelajari takson disebut dengan taksonomi. Taksonomi berasal dari kata taxon yang berarti kelompok dan nomos yang berarti hukum. atau disebut juga sistematika (susunan dalam suatu sistem).
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditafsirkan bahwa para ilmuan menggolongkan makhluk hidup berdasarkan banyaknya persamaan yang dimiliki baik morfologi, fisiologi, maupun anatominya. Maka dapat diakatakan semakin banyak persamaannya maka semakin dekat pula hubungan kekerabatannya serta sebaliknya Contohnya spesies kucing (Felis domestica) dan spesies harimau (Felis tigris).
Dengan begitu maka terbentuklah ciri klasifikasi atau tingkatan takson. Semakin tinggi tingkatan takson maka semakin sedikit persamaan yang ada tetapi jumlah makhluk hidupnya semakin banyak dan semakin rendah kedudukan suatu takson maka semakin banyak persamaannya tetapi semakin sedikit jumlah makhluk hidupnya.
Kladogram (Pohon Filogeni)
Bisakah dua spesies yang berbeda saling terkait? Tentu saja mereka bisa. Sebagai contoh, ada banyak spesies yang berbeda dari mamalia, atau salah satu jenis mamalia, seperti tikus. Dan mereka semua saling terkait. Dengan kata lain, seberapa dekat atau seberapa jauh mereka akan terpisah dari nenek moyang yang sama selama evolusi? Menentukan bagaimana spesies yang berbeda evolusi terkait bisa menjadi tugas yang luar biasa.
Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling terkait. Hal ini diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana spesies terkait satu sama lain melalui nenek moyang yang sama. Sebuah Klade adalah sekelompok organisme yang meliputi leluhur dan semua keturunannya. Ini adalah klasifikasi filogenetik, berdasarkan pada hubungan evolusioner.
Filogenetik merupakan kajian mengenai hubungan evolusi diantara organisme atau gen dari unit taksonomi, dipelajari menggunakan kombinasi antara biologi, molekuler dan teknik statistik.
Dasar klasifikasi digunakan dalam sistem filogenetik adalah persamaan dan perbedaan sifat morfologi, anatomi dan molekuler. Sistem tersebut mencerminkan urutan perkembangan serta jauh dekatnya kekerabatan antartakson, selain mencerminkan persamaan dan perbedaan sifat berupa morfologi, anatomi. Taksonomi filogenetik merupakan pengelompokan spesies atau jenis baru dengan cara analisis molekuler dan morfologi. Klasifikasi sistem filogenetik disusun berdasarkan persamaan fenotip yang mengacu pada sifat-sifat bentuk luar, faal, tingkah laku yang dapat diamati, dan pewarisan keturunan yang mengacu pada hubungan evolusioner jenis nenek moyang hingga cabang-cabang keturunannya.
Filogenetik pemisahan ke dalam hubungan evolusioner (clades), berdasarkan perbandingan genom kemungkinan akan menggantikan phenotypical (phenetic) taksonomi.
Pengelompokan organisme terdiri dari
Phenetic sistem yaitu pengelompokan organisme berdasarkan kesamaan saling fenotipik (fisik dan kimia) karakteristik. Pengelompokan Phenetic mungkin atau tidak mungkin berkorelasi dengan hubungan evolusi.
Filogenetik sistem yaitu pengelompokan organisme didasarkan pada kesamaan warisan evolusi. Teknik sekuensing DNA dan RNA dianggap memberikan filogeni paling berarti terutama untuk menentukan nenek moyang dan evolusi yang terjadi.
Tujuan dari sistematika yaitu untuk menciptakan suatu klasifikasi yang mencerminkan sejarah evolusi organisme.
Untuk melakukan hal tersebut, diperlukan pengelompokan spesies ke dalam taksa :
1. Monofiletik yaitu jika nenek moyang tunggalnya hanya menghasilkan semua spesies turunan dalam takson tersebut dan bukan spesies pada takson lain.
2. Polifiletik yaitu jika anggotanya diturunkan dari dua atau lebih bentuk nenek moyang yang tidak sama bagi semua anggotanya.
3. Parafiletik yaitu jika takson itu tidak meliputi spesies yang memiliki nenek moyang yang sama yang menurunkan spesies yang termasuk dalam takson tersebut.
Monofiletik, polifiletik dan parafiletik di ilustrasikan dalam sebagai berikut:
a. Monofiletik
Takson 1 yang terdiri dari tujuh spesies, memenuhi kualifikasi sebagai suatu pengelompokan monofiletik, yang merupakan bentuk ideal dalam taksonomi. Takson tersebut meliputi semua spesies terutama dan juga nenek moyang bersama yang paling dekat (spesies B).
b. Polifiletik
Takson 2 suatu subkelompok di dalam takson 1 adalah polifiletik (spesies E dan G) diturunkan dari dua nenek moyang yang paling dekat (spesies C dan F).
c. Parafiletik
Takson 3 adalah parafiletik, spesies A dimasukan tanpa menggabungkan semua keturunan dari nenek moyang tersebut.
Contoh tumbuhan berbunga atau Spermatophyta adalah kelompok terbesar tumbuhan yang hidup di data-data molekular, mendapati bahwa monokotil merupakan kelompok monofiletik atau Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta atau Filicophyta), adalah satu divisio dengan empat kelas monofiletik: Psilotopsida, mencakup Ophioglossales.
Contoh lain adalah pengelompokkan berbagai monofiletik, terdapat kelompok besar dikotil yang monofiletik yang dinamai, sebagai contoh misalnya : Oryza sativa (padi), Zea mays (jagung), dan Musa paradisiaca. Kelompok semacam itu dikatakan sebagai kelompok monofiletik, yang dapat digambarkan. Kajian di atas membuktikan bahwa monokots adalah monofiletik dan dikot adalah parafiletik. Satu contoh lain adalah zaitun (Olea europaea).
inset picture
Kladogram ini mengklasifikasikan mamalia, reptil, dan burung-burung pada Klade didasarkan pada hubungan evolusioner mereka.
insert picture
Linnaeus mengklasifikasikan organisme berdasarkan ciri-ciri fisik yang jelas. Pada dasarnya, organisme dikelompokkan bersama-sama jika mereka tampak sama. Setelah Darwin menerbitkan teori evolusi pada 1800-an, para ilmuwan mencari cara untuk mengklasifikasikan organisme yang menunjukkan filogeni. Filogeni adalah sejarah evolusi dari kelompok organisme yang terkait. Hal ini diwakili oleh pohon filogenetik, seperti pada Gambar di bawah
ini.
Salah satu cara untuk mengklasifikasikan organisme yang menunjukkan filogeni adalah dengan menggunakan yang disebut dengan klade. Klade adalah sekelompok organisme yang meliputi leluhur dan semua keturunannya. Klade didasarkan pada kladistika. Ini adalah metode membandingkan ciri-ciri spesies terkait untuk menentukan hubungan leluhur dan keturunannya.
Pohon filogenetik. Pohon filogenetik ini menunjukkan bagaimana tiga spesies hipotetis terkait satu sama lain melalui nenek moyang yang sama. Apakah Anda melihat mengapa Spesies 1 dan 2 lebih erat terkait satu sama lain daripada Spesies 2 dan 3?
Klade diwakili oleh kladogram, seperti pada Gambar di bawah ini. Kladogram ini merupakan klade mamalia dan reptil. Klade Reptil termasuk burung. Hal ini menunjukkan bahwa burung berevolusi dari reptil. Linnaeus mengklasifikasikan mamalia, reptil, dan burung-burung di kelas yang terpisah. Ini menutupu hubungan evolusi mereka.
Kunci Determinasi Sederhana
Identifikasi merupakan kegiatan dasar dalam taksonomi. Identifikasi mencakup dua kegiatan, yaitu klasifikasi dan tata nama. Jadi, identifikasi adalah menentukan persamaan dan perbedaan antara dua makhluk hidup, kemudian menentukan apakah keduanya sama atau tidak, baru kemudian memberi nama.
Identifikasi terhadap makhluk hidup yang sudah dikenal pada umumnya dapat dilakukan langsung oleh otak kita. Misalnya, jika kalian melihat seekor harimau, kalian akan menyebut bahwa itu adalah harimau meskipun pada saat itu kalian tidak mengidentifikasi ciri-ciri harimau karena kalian menyebut nama harimau tentu kalian melakukan proses identifikasi di dalam otak kalian.
Identifikasi yang kalian lakukan adalah membandingkan ciri-ciri pada hewan yang kalian temukan (yaitu harimau) dengan ciri-ciri harimau yang telah ada di pikiran kalian. Jika ciri-ciri hewan yang dilihat tersebut sama dengan ciri-ciri harimau yang ada di otak kalian, baru kalian memberi nama untuk hewan yang baru saja kalian lihat tersebut harimau.
Untuk mengidentifikasi makhluk hidup yang baru saja dikenal, kita memerlukan alat pembanding berupa gambar, realia atau spesimen (awetan hewan dan tumbuhan), hewan atau tumbuhan yang sudah diketahui namanya, atau kunci identifikasi. Kunci identifikasi disebut juga kunci determinasi.
Penggunaan kunci determinasi pertama kali diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus. Namun, sebenarnya Lammarck (1778) juga pernah menggunakan kunci modern untuk identifikasi. Salah satu kunci identifikasi ada yang disusun dengan menggunakan ciri-ciri taksonomi yang saling berlawanan. Tiap langkah dalam kunci tersebut terdiri atas dua alternatif (dua ciri yang saling berlawanan) sehingga disebut kunci dikotomi Cara menggunakan kunci determinasi antara lain sebagai berikut.
- Bacalah dengan teliti kunci determinasi mulai dari permulaan, yaitu nomor 1a.
- Cocokkan ciri-ciri tersebut pada kunci determinasi dengan ciri yang terdapat pada makhluk hidup yang diamati.
- Jika ciri-ciri pada kunci tidak sesuai dengan ciri makhluk hidup yang diamati, harus beralih pada pernyataan yang ada di bawahnya dengan nomor yang sesuai. Misalnya, pernyataan 1a tidak sesuai, beralihlah ke pernyataan 1b.
- Jika ciri-ciri yang terdapat pada kunci determinasi sesuai dengan ciri yang dimiliki organisme yang diamati, catatlah nomornya. Lanjutkan pembacaan kunci pada nomor yang sesuai dengan nomor yang tertulis di belakang setiap pernyataan pada kunci.
- Jika salah satu pernyataan ada yang cocok atau sesuai dengan makhluk hidup yang diamati, alternatif lainnya akan gugur. Sebagai contoh, kunci determinasi memuat pilihan:
- a. tumbuhan berupa herba, atau
- b. tumbuhan berkayu.
- Jika yang dipilih adalah 1a (tumbuhan berupa herba), pilihan 1b gugur.
- Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan divisio atau filum dari makhluk hidup yang diamati. Pada umumnya, buku penuntun identifikasi makhluk hidup dilengkapi dengan kunci determinasi dan hanya berlaku setempat (lokal).
Contoh Kunci Determinasi Tumbuhan
insert Tabel
1a Tanaman bergetah ke nomor 27
1b Tanaman tidak bergetah ke nomor 2
2a Daun berbentuk ginjal atau jantung, bertulang daun menjari. Tepi daun beringgit atau berlekuk merayap, rumput-rumputan yang mudah berakar
Umbeliferae
2b Daun tidak berbentuk ginjal atau jantung
ke nomor 3
3a Mempunyai seludang daun yang memeluk batang, kadang-kadang mempunyai selaput bumbung yang memeluk batang
ke nomor 4
3b Tidak ada seludang daun yang jelas
ke nomor 8
4a Tulang lateral banyak sekali, lurus dan sejajar, dan tegak lurus atau bersudut besar dengan ibu tulang daun
ke nomor 30
4b Tulang lateral tidak demikian …
ke nomor 5
5a Batang yang berdaun tegak, berputar serupa tangan ...
Zingiberaceae
5b Batang tidak demikian ...
ke nomor 6
6a Batang dengan banyak buku yang berselaput bumbung pipih di dalam ketiak daun ...
Polygonaceae
6b Tidak ada selaput bumbung di ketiak daun, seludang terbentuk sendiri oleh tangkai daun ...
ke nomor 7
7a Bakal buah menumpang (di atas). Bunga sedikit atau banyak tersendiri di dalam daun pelindung yang terlipat ...
Commelinaceae
7b Bakal buah tidak terlindung di antara pelindung ...
Cannaceae
8a Daun berbentuk kupu-kupu membelah dua ...
Caesalpiniaceae
8b Daun tidak berbentuk kupu-kupu ...
ke nomor 9
9a Daun memanjang dengan tulang daun sejajar ...
ke nomor 10
9b Susunan tulang daun menjari atau menyirip ...
ke nomor 11
10a Tepi daun berduri tempel ...
ke nomor 31
10b Tanaman yang tidak berduri, tidak berduri tempel ...
Liliaceae
Dan seterusnya
Contoh Kunci Determinasi Hewan
insert Tabel
1a Memiliki tulang belakang ...
ke nomor 2
1b Tidak memiliki tulang belakang ...
ke nomor 5
2a Memiliki kelenjar susu ...
Kelas Mamalia
2b Tidak memiliki kelenjar susu ...
3a Bergerak dengan menggunakan sirip dan bernapas dengan insang ...
3b Bergerak tidak menggunakan sirip dan bernapas tidak menggunakan insang ...
4a Tubuh ditutupi oleh sisik yang keras ...
4b Tubuh ditutupi oleh bulu ...
5a Memiliki cangkang dan berjalan menggunakan perut ...
5b Tidak memiliki cangkang ...
6a Kakinya beruas-ruas ...
6b Tidak berkaki dan badannya beruas-ruas ...
7a Kaki berjumlah 6 pasang ...
7b Kaki berjumlah kurang dari 6 pasang ...
dan seterusnya
Penting Untuk Diingat
1. a. Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh tiap-tiap makhluk hidup.
b. Tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah untuk memudahkan dalam mempelajari makhluk hidup yang sangat beragam dan sangat banyak jumlahnya. Caranya adalah dengan penyederhanaan objek studi sehingga lebih mudah dalam mengetahui hubungan kekerabatan di antara makhluk hidup di dunia ini.
2. Carolus Linnaeus mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kingdom, yaitu kingdom tumbuhan dan kingdom hewan. Tingkatan klasifikasi dari kelompok besar sampai kelompok kecil adalah kingdom atau dunia, filum atau divisio, kelas, ordo, suku, marga, dan spesies.
3. Semakin banyak perbedaan ciri makhluk hidup, semakin jauh hubungan kekerabatannya dan semakin banyak persamaan ciri makhluk hidup, semakin dekat hubungan kekerabatannya.
4. a. Kunci determinasi adalah daftar yang memuat sejumlah keterangan dari suatu makhluk hidup yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan kelompok makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya.
b. Kunci dikotomi merupakan kunci determinasi sederhana yang sering digunakan dalam klasifikasi makhluk hidup. Dalam kunci dikotomi tersebut terdapat daftar yang tersusun secara berpasangan yang menunjukkan ciri yang berlawanan.
5. Pemberian nama makhluk hidup diatur dengan tata aturan tertentu yang berlaku secara internasional. Pemberian nama ini diatur dengan Kode Internasional Tata Nama Hewan dan Tumbuhan dengan menggunakan sistem tata nama dua kata (binomial nomenklatur).
Contoh Membuat Kunci Determinasi Sederhana
Kunci Determinasi Pada Hewan
1.a. Hewantidakbertulangbelakang(2)
b. Hewanbertulangbelakang (3)
2.a. Alatgerakberupasirip (ikan)
b. Alatgerakbukanberupasirip (4)
3.a. Tubuhuniseluler (5)
b. Tubuhmultiseluler (6)
4.a. Menyusuianaknya (kelinci)
b. Tidakmenyusuianaknya (7)
5.a. Memilikialatgerak (8)
b. Tidakmemilikialatgerak (Sporozoa)
6.a. Tubuhberbuku-buku (9)
b. Tubuhtidakberbuku-buku (bekicot)
7.a. Mengalamimetamorfosis (kupu-kupu)
b. Tidakmengalamimetamorfosis(10)
8.a. Alatgerakberupabulucambuk (Trypanosoma)
b. Alatgerakberuparambutgetar (Paramecium)
9.a. Tubuhterbagimenjadi 2 bagiandenganjelas (11)
b. Tubuhterbagimenjadi 3 bagiandenganjelas (Insecta)
10.a.Tubuhditutupibulu (burung)
b.Tubuhtidakditutupibulu (cicak)
11.a.Memiliki 4 pasang kaki(kalajengking)
b.Memiliki 5 pasang kaki (udang)
Urutan Nomor Kunci Determinasi
1. Ikan : 1a, 2a
2. Kelinci : 1a, 2b, 4a
3. Sporozoa : 1b, 3a, 5b
4. Bekicot : 1b, 3b, 6b
5. Kupu-kupu : 1a, 4b, 7a
6. Trypanosoma : 1b, 3a, 5a, 8a
7. Paramecium : 1b, 3a, 5a, 8b
8. Insecta : 1b, 3b, 6a, 9b
9. Burung : 1a, 2b, 4b, 7b, 10a
10.Cicak : 1a, 2b, 4b, 7b, 10b
11.Kalajengking : 1b, 3b, 6a, 9a, 11a
12.Udang : 1b, 3b, 6a, 9a, 11b
Demikianlah materi Mengidentifikasi dengan Kunci Determinasi Sederhana, semoga bermanfaat.
Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup
Kita sudah mengetahui bahwa klasifikasi merupakan cara yang baik untuk mempermudah dan menyederhanakan objek studi tentang makhluk hidup.
Selain itu, mempelajari klasifikasi dalam biologi sangat penting dalam memahami keanekaragaman makhluk hidup yang sangat kompleks di dunia ini. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan makhluk hidup lain, tetapi ada beberapa makhluk hidup yang memiliki satu atau lebih persamaan.
Jadi, dasar untuk mengelompokkan makhluk hidup adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan Persamaan
Dengan mengamati ciri-cirinya, maka kita dapat memasukkan bahwa ayam dan elang adalah golongan hewan, yaitu jenis aves (burung) karena memiliki bulu, sayap, dan paruh.
b. Berdasarkan Perbedaan
Apabila kita mengamati perbedaan ciri yang dimiliki ayam dan elang berdasarkan jenis makanannya, maka ayam termasuk herbivora, sedangkan elang termasuk golongan karnivora, yaitu pemakan daging.
c. Berdasarkan Ciri Morfologi dan Anatomi
Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari makhluk hidup pertama-tama yang dapat dilakukan adalah mengamati bentuk luar dari makhluk hidup tersebut, misalnya bentuk paruh dan jumlah sayap. Apabila hendak menggolongkan beberapa tumbuhan, maka yang dapat diamati adalah bentuk pohon, bentuk daun, bentuk bunga, warna bunga, dan lain-lain.
Ciri-ciri inilah yang dinamakan ciri morfologi. Apabila kita mengamati dari ada tidaknya sel trakea, kambium, ada tidaknya berkas pengangkut, ada tidaknya sel kambium, ciri-ciri ini dinamakan ciri anatomi.
d. Berdasarkan Ciri Biokimia
Sejalan dengan masa perkembangannya, untuk menentukan klasifikasi makhluk hidup selain berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, bisa pula menggunakan ciri-ciri biokimia, misalnya jenis-jenis enzim, jenis-jenis protein, dan jenis-jenis DNA. Hal tersebut dapat menentukan hubungan kekerabatan antara makhluk hidup satu dengan lainnya.
e. Berdasarkan Manfaat
Tujuan pengelompokan ini adalah untuk memudahkan kita memanfaatkan suatu makhluk hidup.
Sunday, May 21, 2017
Prinsip Klasifikasi Makhluk Hidup
Klasifikasi adalah pengelompokan aneka jenis makhluk hidup ke dalam kelompok tertentu. Kelompok ini disusun sesuai tingkatannya (hierarki) mulai dari yang lebih rendah tingkatannya sampai ke tingkatan yang lebih tinggi. Ilmu tentang prinsip dan cara pengelompokan makhluk hidup disebut taksonomi.
Tujuan dari klasifikasi makhluk hidup adalah:
mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki
mendeskripsikan ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis yang lain
mengetahui hubungan kekerabatan antarmakhluk hidup
memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya
Berdasarkan tujuan tersebut, sistem klasifikasi makhluk hidup memiliki manfaat seperti berikut.
Memudahkan kita dalam mempelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam.
Mengetahui hubungan kekerabatan antara makhluk hidup satu dengan yang lain.
Prinsip dan cara mengelompokkan makhluk hidup menurut ilmu taksonomi adalah dengan membentuk takson. Takson adalah kelompok makhluk hidup yang anggotanya memiliki banyak persamaan ciri. Takson dibentuk dengan jalan mencandra objek atau makhluk hidup yang diteliti dengan mencari persamaan ciri maupun perbedaan yang dapat diamati. Mencandra berarti mengidentifikasi, membuat deskripsi, dan memberi nama.
Selanjutnya, makhluk hidup yang memiliki persamaan ciri dikelompokkan ke dalam satu kelompok yang disebut takson. Dengan cara demikian dapat dibentuk banyak takson. Takson adalah kelompok makhluk hidup yang anggotanya memiliki banyak persamaan ciri. Kemudian, tiap-tiap takson tersebut ditempatkan pada tempatnya (posisinya) sesuai dengan tingkatannya.
Langkah-langkah pembentukan takson mengikuti sistem tertentu. Itulah sebabnya taksonomi disebut pula sistematik.
Terdapat dua metode pengelompokan makhluk hidup, yaitu:
Metode empiris, makhluk hidup dikelompokkan berdasarkan persamaan alfabet, tanpa melihat sifat atau ciri yang dimilikinya serta tanpa melihat hubungan satu dengan lainnya.
Metode rasional, makhluk hidup dikelompokkan atas dasar hubungan yang jelas dari sifat atau ciri yang ada.
Berdasarkan sifatnya, sistem klasifikasi dibedakan menjadi:
1. Klasifikasi Sistem Alamiah
Klasifikasi sistem alamiah klasifikasi untuk membentuk takson-takson yang bersifat alamiah (sesuai kehendak alam). Dasar yang digunakan adalah adanya persamaan sifat, terutama sifat morfologinya. Klasifikasi sistem alamiah dikemukakan pertama kali oleh Aristoteles. Aristoteles mengelompokan di bumi ini menjadi 2 kingdom, yaitu , hewan dan tumbuhan. Kemudian hewan dikelompokan lagi berdasarkan persamaan habitat dan perilakuny,.sedangkan tumbuhan dikelompokan lagi berdasarkan ukuran dan strukturnya, misalnya tumbuhan pohon (beringin, mangga, jeruk, kelapa); tumbuhan perdu (tomat, bayam, cabai, terung); dan tumbuhan semak (rumput, jahe).
2. Klasifikasi Sistem Artisifal (Buatan)
Klasifikasi sistem Artisifal adalah klasifikasi untuk tujuan praktis, misalnya berdasarkan kegunaannya. Berdasarkan kegunaannya, tumbuhan dikelompokan menjadi tanaman obat (jahe, kina, kayu putih, ginseng), tanaman hias (mawar, melati, cempaka, anggrek), tanaman makanan pokok (padi, jagung, gandum, ubi), tanaman sayuran (bayam, kangkung, kacang panjang, kol), tanaman buah-buahan (jeruk, salak, pepaya, apel), tanaman sandang (kapas), dan tanaman untuk papan (jati, bambu, meranti). Klasifikasi sistem artifisial diperkenalkan pertama kali oleh seorang naturalis berkebangsaan Swedia, Carl von Linne, yang lebih dikenal dengan nama Carolus Linnaeus. Linnaeus mengemukakan makalahnya yang berjudul Systema Naturae pada tahun 1735. Dalam makalah tersebut ia mengelompokan tumbuhan berdasarkan alat reproduksi seksualnya (bunga). Kelompok mamalia diberi nama berdasarkan keberadaan kelenjar susu (mamae) yang digunakan untuk merawat bayinya.
3. Klasifikasi Sistem Filogenetik
Pada sistem filogenetik, klasifikasi didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar organisme atau kelompok organisme, dengan melihat kesamaan ciri morfologi, struktur anatomi, fisiologi dan etologi (perilaku). Filogeni merupakan hubungan kekerabatan antar organisme berdasarkan proses evolusinya. Hubungan kekerabatan tersebut digambarkan sebagai pohon filogenetik (gambar. 1.13). Klasifikasi sistem filogenetik diperkenalkan sejak munculnya teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin pada tahun 1859.
Pada sistem filogenetik, klasifikasi didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar organisme atau kelompok organism
4. Klasifikasi Sistem Modern
Klasifikasi sistem modern dibuat berdasarkan hubungan kekerabatan organisme (filogenetik), ciri-ciri gen atau kromosom, serta ciri-ciri biokimia. Misalnya, hewan Limulus polyphemus, dahulu dimasukkan ke dalam golongan rajungan (Crab) karena bentuknya seperti rajungan, tetapi setelah dianalisis darahnya secara biokimia, terbukti bahwa hewan ini lebih dekat dengan laba-laba (Spider). Berdasarkan bukti ini, Limulus dimasukkan ke dalam golongan laba-laba;
Pada klasifikasi sistem modern, selain menggunakan dasar perbandingan ciri-ciri morfologi, struktur anatomi, fisiologi, etologi, juga dilakukan perbandingan struktur molekuler dari organisme yang diklasifikasikan.
Langkah-langkah klasifikasi
mengidentifikasi objek berdasar ciri-ciri struktur tubuh makhluk hidup, misalnya, hewan atau tumbuhan yang sama jenis atau spesiesnya
setelah kelompok spesies terbentuk, dapat dibentuk kelompok-kelompok lain dari urutan tingkatan klasifikasi sebagai berikut.
Dua atau lebih spesies dengan ciri-ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk takson genus.
Beberapa genus yang memiliki ciri-ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk takson famili.
Beberapa famili dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk takson ordo.
Beberapa ordo dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk takson kelas.
Beberapa kelas dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk takson filum (untuk hewan) atau divisio (untuk tumbuhan).
Dengan cara tersebut terbentuklah urutan hierarki atau tingkatan klasifikasi makhluk hidup. Urutan klasifikasi dari tingkatan tertinggi hingga terendah adalah sebagai berikut:
kingdom (kerajaan)
divisio atau filum
kelas (classis)
ordo (bangsa)
famili (suku)
genus (marga)
spesies (jenis)
Tata Nama Makhluk Hidup
Kamu tentu sering menemukan suatu jenis makhluk hidup, misalnya tanaman mangga dalam bahasa Indonesia memiliki nama yang berbeda-beda. Misalnya orang Jawa Tengah menyebutnya pelem, paoh bagi orang Jawa Timur, sedangkan di Sumatera Barat disebut pauh. Contoh lain, pisang dalam bahasa Indonesia, di Jawa Barat disebut cau, sedangkan di Jawa Tengah dinamakan gedang. Nama mangga dan pisang dapat berbeda-beda menurut daerah masing-masing, dan hanya dimengerti oleh penduduk setempat.
Agar nama-nama tersebut dimengerti oleh semua orang, maka setiap jenis makhluk hidup perlu diberi nama ilmiah dengan menggunakan nama latin, sesuai dengan kode Internasional Tata Nama Tumbuhan dan Hewan. Nama ilmiah makhluk hidup digunakan sebagai alat komunikasi ilmiah di seluruh dunia. Walaupun kadang-kadang sulit di eja atau diingat, tetapi diharapkan suatu organisme hanya memiliki satu nama yang benar. Upaya memberi nama ilmiah makhluk hidup yang dirintis oleh para ilmuwan, akhirnya melahirkan sistem tata nama binomial nomenklatur (tata nama biner) yang meliputi ketentuan pemberian nama takson jenis.
Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Agar keanekaragaman makhluk hidup dapat terus lestari dan mampu memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada manusia, pemanfaatannya harus secara bijaksana. Beberapa usaha penyelamatan dan pelestarian keanekaragaman makhluk hidup sebagai berikut.
1. Sistem tebang pilih dengan cara memilih tanaman yang bila ditebang tidak sangat berpengaruh terhadap ekosistem.
2. Peremajaan tanaman dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil dengan mempersiapkan tanaman pengganti.
3. Penangkapan musiman yang dilakukan pada saat populasi hewan paling banyak dan tidak pada saat kondisi yang dapat mengakibatkan kepunahan. Contohnya tidak berburu pada saat musim berkembang biak.
4. Pembuatan cagar alam dan tempat perlindungan bagi tumbuhan dan hewan langka seperti suaka margasatwa dan taman nasional. Tempat-tempat tersebut melindungi flora atau fauna yang sudah terancam punah.
Perlindungan (konservasi) keanekaragaman hayati bertujuan untuk melindungi flora dan fauna dari ancaman kepunahan. Konservasi dibagi dua macam, yaitu:
1. In Situ
In situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan pada habitat asli. Misalnya memelihara ikan yang terdapat di suatu danau yang dilakukan di danau tersebut, tidak dibawa ke danau lain atau sungai. Ini dilakukan agar lingkungannya tetap sesuai dengan lingkungan alaminya. Meliputi 7 kategori, yaitu cagar alam, suaka margasatwa, taman laut, taman buru, hutan, atau taman wisata, taman provinsi, dan taman nasional.
2. Ex Situ
Ex situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan di luar habitat asli, namun kondisinya diupayakan sama dengan habitat aslinya. Perkembangbiakan hewan di kebun binatang merupakan upaya pemeliharaan ex situ. Jika berhasil dikembangbiakan, sering kali organisme tersebut dikembalikan ke habitat aslinya. Contohnya, setelah berhasil ditangkar secara ex situ, jalak Bali dilepaskan ke habitat aslinya di Bali. Misalnya: konservasi flora di Kebun Raya Bogor dan konservasi fauna di suaka margasatwa Way Kambas, Lampung.
Upaya melestarikannya juga meliputi ekosistem di suatu wilayah. Perlindungan tersebut di antaranya:
1. Cagar Alam
Cagar alam adalah membiarkan ekosistem dalam suatu wilayah apa adanya. Perkembangannya terjadi secara proses alami. Manusia dilarang memasukinya tanpa izin khusus. Cagar alam bertujuan untuk:
a. melindungi ciri khas tumbuhan, hewan, dan ekosistem alami
b. mempertahankan keanekaragaman gen
c. menjamin pemanfaatan ekosistem secara berkesinambunga
d. memelihara proses ekologi
Contohnya Cagar Alam Pangandaran (Jawa Barat).
2. Suaka Margasatwa
Merupakan pelestarian satwa langka. Perburuan dibuatkan peraturan tertentu. Satwa langka dilindungi oleh undang-undang konservasi, sehingga kepemilikannya harus memiliki izin khusus.
3. Taman Nasional
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli. Taman nasional dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman nasional juga berfungsi melindungi ekosistem, melestarikan keanekaragam flora dan fauna, dan melestarikan pemanfaatan sumber daya alam hayati.
Beberapa taman nasional tersebut misalnya Taman Nasional (TN) Gunung Leuseur (Aceh dan Sumatera Utara), TN Kerinci Seblat (Sumatera Selatan dan Bengkulu), TN Bukit Barisan Selatan (Bengkulu dan Lampung), TN Ujung Kulon (Banten), TN Gunung Gede Pangrango (Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat), TN Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), TN Bromo Tengger (Jawa Timur), TN Meru Betiri (Jawa Timur), TN Baluran (Banyuwangi, Jawa Timur), TN Bali Barat, TN Komodo (Nusa Tenggara Barat) dan TN Tanjung Puting (Kalimantan Tengah).
4. Taman Laut
Taman laut adalah wilayah lautan yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi dan indah. Kawasan ini dijadikan sebagai konservasi alam, misalnya Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara.
Konservasi alam adalah upaya pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin kelangsungan hidup manusia di masa kini dan masa mendatang. Konservasi alam meliputi tiga hal, yaitu:
a. perlindungan, melindungi proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan. Misalnya, perlindungan siklus udara dan air.
b. pelestarian, melestarikan sumber daya alam dan keanekaragam hayati
c. pemanfaatan, memanfaatkan secara bijaksana sumber daya alam dan lingkungannya.
5. Hutan Lindung
Hutan lindung biasanya terletak di daerah pegunungan. Hutan tersebut berfungsi sebagai resapan air. Hal ini untuk mengatur tata air dan menjaga agar tidak terjadi erosi.
6. Kebun Raya
Kebun raya adalah kebun buatan yan berguna untuk menghimpun tumbuhan dari berbagai tempat untuk dilestarikan. Selain itu, kebun raya ialah Kebun rata Bogor dan Kebun Raya Ppurwodadi (Jawa Timur)
Masyarakat awam hendaknya tidak memelihara hewan atau tumbuhan langka yang rawan punah. Memelihara burung, kera, atau orang utan di rumah akan menyebabkan hewan hewan tersebut semakin cepat punah. Sebaiknya, hewan tersebut dibiarkan hidup secara alami atau diserahkan pemeliharaannya kepada orang yang ahli agar ditangkarkan dan kemudian dilepaskan kembali ke habitat aslinya. Kita dapat berperan serta untuk melestarikannya dengan memelihara hewan atau tumbuhan hasil penangkaran atau budi daya, misalnya burung kenari, ikan hias, tanaman hias, kucing dan anjing.
Kita dapat membantu melestarikan keanekaragaman makhluk hidup dengan cara:
a. tidak membunuh hewan dan tumbuhan liar
b. tidak mempermainkan hewan liar dan memetik tumbuhan langka
c. sewaktu bertamasya atau berkemah, tetaplah memelihara kelestarian lingkungan, tidak membawa pulang hewan dan tumbuhan langka
d. tidak membuang sampah di sembarang tempat, karena dapat mengganggu kesehatan hewan jika termakan hewan tersebut
e. tidak membuang limbah ke lingkungan, misal limbah rumah tangga atau pestisida, karena dapat membahayakan kehidupan hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan tersebut.
Pemanfaatan keanekaragaman hayati Indonesia
Kenekaragaman hayati memberi banyak sekali manfaat bagi kehidupan manusia. Misalnya kepulauan Maluku yang kaya akan rempah-rempah dan pulau Komodo yang mempunya spesies hewan endemik dan unik. Peran keanekaragaman hayati sangat banyak di berbagai bidang studi. Keanekaragman hayati juga menunjukkan kekayaan alam yang dimiliki bumi.
1. Peran Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Pangan
Sumber pangan bagi manusia selalu berasal dari hewan dan tumbuhan. Manusia juga tidak dapat mensintesis makanannya sendiri, maka dari itu manusia sangat bergantung pada keanekaragaman hayati. Di dunia terdapat ratusan jenis tumbuhan (contoh: padi, jagung, sagu, dan ketela) dan hewan (contoh: sapi, ayam, babi, dan ikan) yang dapat dijadikan sumber pangan. Sumber-sumber pangan tersebut diolah melalui pertanian dan peternakan. Beberapa jenis tumbuhan seperti rempah-rempah juga sering dijadikan bumbu tradisional. Daun pandan dan kunyit dapat digunakan sebagai zat pewarna alami pada makanan. Manusia juga dapat memakan beberapa jenis fungi (jamur). Bakteri juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan fermentasi pada bahan pangan. Namun tidak semua keanekaragaman hayati dapat dijadikan bahan pangan karena beberapa ada yang beracun dan mematikan bagi manusia.
2. Peran Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Sandang
Sandang (pakaian) terbuat dari kain, kain terdiri dari tenunan benang, dan benang sebagian besar berasal dari kapas. Pohon kapas sering dijadikan bahan utama untuk membuat pakaian. Pakaian tradisional dan aksesorisnya juga kebanyakan berasal dari keanekaragaman hayati seperti bulu merak, tulang, bulu burung, dan kulit kayu. Dedaunan juga sering digunakan sebagai pakaian pada orang pedalaman. Saat ini, kulit hewan sering dijadikan bahan pembuatan tas, dompet, dan ikat pinggang. Bahkan bulu domba dapat dijadikan bahan pembuatan kain wol.
3. Peran Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Papan
Tempat tinggal atau rumah tradisional sebagian besar berbahan baku dari keanekaragaman hayati seperti kayu jati, mahoni, dan bambu. Bahkan atapnya ada yang masing menggunakan alang-alang. Kayu jati juga menjadi bahan baku pembuatan furniture. Rajutan rotan juga dapat digunakan sebagai dinding rumah tradisional.
4. Peran Keanekaragaman Hayati Sebagai Bahan Obat-Obatan
Jamu adalah obat tradisional asal Indonesia yang menggunakan kekayaan hayati tumbuhan sebagai bahan bakunya. Jamu alami memiliki banyak khasiat dan memiliki efek samping yang sedikit. Indonesia memiliki hampir 1000 spesies tanaman obat.
5. Peran Keanekaragaman Hayati Sebagai Bahan Kosmetik
Lulur adalah kosmetik alami yang berasal dari Indonesia. Indonesia juga memiliki beragam ramuan pewangi, kosmetik, dan sampo yang terbuat dari bahan alami.
6. Peran Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Pendapatan
Jika dikelola dengan baik, keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkelanjutan. Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang seharusnya membawa kemajuan jika dikelola dengan baik.
7. Peran Keanekaragaman Hayati Sebagai Penyeimbang Lingkungan
Ini adalah yang terpenting, karena setiap spesies makhluk hidup pasti berperan dalam sebuah ekosistem. Jadi jika ada satu saja yang punah, maka hal itu akan mengganggu makhluk hidup lain yang bergantung padanya. Misalnya jika ular sawah terus diburu dan dibunuh, maka populasi tikus sawah akan berkembang pesat karena tidak ada yang memakannya. Akibatnya hasil panen padi terus menurun karena diserang hama tikus.
8. Peran Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
Biologi adalah pelajaran yang memiliki bidang yang sangat luas. Masih banyak spesies makhluk hidup di Indonesia atau di dunia yang belum teridentifikasi. Beberapa manfaat makhluk hidup di dunia juga masih menjadi misteri sehingga harus dilakukan banyak sekali penelitian lebih lanjut. Pada akhirnya ilmu pengetahuan berkembang dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
9. Peran Keanekaragaman Hayati Sebagai Sumber Keindahan
Keanekaragaman hayati juga dapat dijadikan sebuah karya seni. Taman adalah salah satu contohnya. kawasan Asia Timur juga memiliki seni merangkai tanaman yang disebut bonsai. Tumbuhan dan hewan juga kerap menjadi inspirasi para seniman.
A.Manfaat pengembangan keanekaragaman hayati
1. Manfaat dari Segi Ekonomi
Jenis hewan (fauna) dan tumbuhan (flora) dapat diperbarui dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Beberapa jenis kayu memiliki manfaat bagi kepentingan masyarakat.Indonesia maupun untuk kepentingan ekspor. Jenis kayu-kayu tersebut antara lain adalah Kayu Ramin, Gaharu, Meranti, dan Jati jika di ekspor akan menghasilkan devisa bagi negara. Beberapa tumbuhan juga dapat dijadikan sebagai sumber makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin serta ada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-oabatan dan kosmetika. Sumber daya yang berasal dari hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan untuk kegiatan industri.
Dua pertiga wilayah Indonesia adalah perairan yang dapat dijadikan sumber daya alam yang bernilai ekonomi. Laut, sungai, dan tambak merupakan sumber-sumber perikanan yang berpotensi ekonomi. Beberapa jenis diantaranya dikenal sebagai sumber bahan makanan yang mengandung protein.
2. Manfaat dari Segi Wisata dan Ilmu Pengetahuan
Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis hewan dan tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya. Dengan demikian keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dan penelitian bagi berbagai bidang pengetahuan. Misalnya penelitian mengenai sumber makanan dan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan. Umumnya secara langsung manusia menjadikan hewan sebagai objek wisata atau hiburan.
3. Manfaat dari Segi Sosial dan Budaya
Masyarakat Indonesia ada yang menetap di wilayah pegunungan, dataran rendah, maupun dekat dengan wilayah perairan. Masyrakat tersebut telah terbiasa dan menyatu dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Kegiatan memanen hasil hutan maupun pertanian merupakan kebiasaan yang khas bagi masyarakat yang tinggal di pegunungan atau dataran tinggi. Masyarakat tersebut yang hidup berdekatan dengan laut, sungai, dan hutan memiliki aturan tertentu dalam upaya memanfaatkan tumbuhandan hewan. Masyarakat memiliki kepercayaan tersendiri mengenai alam. Dengan adanya aturan-aturan tersebut, keanekaragaman hayati akan terus terjaga kelestariannya.
4. Manfaat dalam Ekologi
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting, misalnya hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis atau nilai lingkungan yang penting bagi bumi, antara lain: · Merupakan paru-paru bumi Kegiatan fotosintesis hutan hujan tropis dapat menurunkan kadar karbondioksida (CO2) di atmosfer, yang berarti dapat mengurangi pencemaran udara dan dapat mencegah efek rumah kaca. · Dapat menjaga kestabilan iklim global, yaitu mempertahankan suhu dan ke lembaban udara. Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus. Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus. Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
5. Manfaat dalam Farmasi
Manusia telah lama menggunakan sumber daya hayati untuk kepentingan medis. Selain pengobatan tradisional, pengobatan moderenpun sangat tergantung pada keragaman hayati terutama tumbuhan dan mikroba. Sumber daya dari tanaman liar, hewan dan mikroorganisme juga sangat penting dalam pencarian bahan-bahan aktif bidang kesehatan. Banyak obat-obatan yang digunakan saat ini berasal dari tanaman; beberapa antibiotik, berasal dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru ditemukan setiap saat.
6. Manfaat dalam Ilmu pengetahuan dan Teknologi
Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis hewan dan tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya. Dengan demikian keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dan penelitian bagi berbagai bidang pengetahuan. Misalnya penelitian mengenai sumber makanan dan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan.
7. Manfaat dalam Bidang Industri
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat mendatangkan devisa untuk industri). Misalnya untuk bahan baku industri, rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan-bahan industri misalnya: kayu gaharu dan cendana untuk industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk meubel, teh dan kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan ubi kayu untuk menghasilkan alcohol. Rempah-rempah, misalnya lada, vanili, cabai, bumbu dapur. Perkebunan misalnya: kelapa sawit dan karet.
B. Manfaat keanekaragaman hayati untuk masyarakat:
Ø Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain Ø Merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tehnologi Ø Mengembangkan sosial budaya umat manusia. Pemanfaatan keanekaragaman hayati bagi masyarakat ini harus dilakukan secara berkelanjutan yaitu manfaat yang tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan dating. Oleh karena itu, mari kita lestarikan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar kita agar dapat dimanfaatkan oleh generasi yang akan datang.
C. Nilai Keanekaragaman Hayati
1. Kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan yang bersifat mutlak , seperti: · sandang (ulat sutra, bulu domba, kapas) · pangan (serealia/biji - bijian, umbi - umbian, sayur, buah, telur, daging, susu dan sebagainya) · papan (meranti, jati, sengon, pohon sawo, dan sebagainya) · udara bersih (pepohonan) · keanekaragamn hayati yang dapat menghasilkan suatu produk yang bermanfaat untuk hidup dan menjaga kesehatan manusia dikatakan memiliki nilai biologi. 2. Kebutuhan Sekunder, kebutuhan untuk lebih menikmati hidup, misalnya: · transportasi (kuda, onta, sapi) · rekreasi (hutan, taman bunga, tanaman hias, keindahan bawah laut, hewan piaraan dan sebagainya) 3. Keanekaragaman hayati dapat menghasilkan produk berupa materi atau jasa yang manfaatnya dapat ditukar dengan uang, misalnya bahan kebutuhan pokok atau pangan yang diperdagangkan, dikatakan memiliki nilai ekonomi. 4. Bagi suatu negara tertentu, keanekaragaman hayati dapat memberikan kebanggaan karena keindahan atau kekhasannya, seperti: karapan sapi di madura, ukiran jepara dari kayu jati, lukisan wayang dari kulit domba dan sebagainya. Keanekaragaman hayati tersebut memiliki niali budaya. 5. keanekaragaman hayati masih terus diteliti oleh para ahli, karena sebagai sumber ilmu atau tujuan lain (misalnya :pemuliaan hewan dan tumbuhan, pelestarian alam, pencarian alternatif bahan pangan dan energi dan sebagainya). jadi keanekaragaman hayati memiliki nilai pendidikan.
D. Manfaat mempelajari keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati telah banyak dipelajari oleh menusia sejak zaman dahulu. Hal tersebut dilakukan selain untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan juga untuk keperluan kesehatan dan pengobatan suatu penyakit. Contohnya seperti sirih, lengkuas, kumis kucing, dan Pennicillium. Manfaat mempelajari keanekaragaman hayati antara lain: · mengetahui manfaat masing-masing jenis bagi kehidupan manusia · mengetahui adanya saling ketergantungan makhluk hidup · mengetahui ciri-ciri dan sifat masing-masing jenis · mengetahui kekerabatam antar makhluk hidup · mengetahui manfaat keanekaragaman dalam mendukung kelangsungan hidup manusia
Keunikan Hutan Hujan Tropis di Indonesia
Sebagian besar hutan alam di Indonesia termasuk dalam hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi, atau hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang lembap dan curah hujan yang tinggi.
Hutan hujan tropis di satu sisi merupakan bagian dari keanekaragaman ekosistem dunia. Di sisi yang lain, hutan hujan merupakan rumah bagi keanekaragaman spesies flora dan fauna yang paling kaya di dunia. Untuk itu, keanekaragaman hayati dimaknai secara lebih luas, bukan hanya spesies tetapi mencakup genetik dan ekosistem.
Bahkan, keanekaragaman budaya dan manusia juga menjadi bagian tak terpisahkan dalam keanekaragaman hayati. Sebagian besar keanekaragaman hayati Indonesia berpusat di hutan hujan tropis.
Indonesia memiliki tutupan hutan hujan tropis terluas ketiga di dunia, setelah Brazil dan Congo. Meski demikian, Indonesia lebih memiliki keunikan ekosistem karena kondisi wilayahnya sebagai negara kepulauan. Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau dengan garis pantai terpanjang nomor empat di dunia sejauh 95.181 km (KKP 2009).
Letak Indonesia di antara benua Asia dan Australia semakin membuat lengkap keunikan keanekaragaman hayati di dalamnya. Karakteristik flora dan fauna wilayah Asia, flora fauna Australia, dan peralihan dari keduanya dapat ditemukan di Indonesia. Ekosistem hutan mulai dari pantai sampai dengan puncak pegunungan bersalju abadi juga dapat ditemukan di Indonesia.
Indonesia adalah satu-satunya negara tropis di wilayah di Asia Tenggara yang memiliki tutupan salju. Indonesia juga terletak di antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Hutan hujan tropis ini memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Jasa ekosistem hutan tropis meliputi manfaat ekonomi, sosial-budaya, dan ekologi. Jasa ekosistem tersebut memberikan nilai secara langsung maupun tidak langsung. Hutan Indonesia merupakan modal pembangunan bangsa sebagai penghasil berbagai produk seperti kayu, hasil hutan bukan kayu, buah, obat-obatan, dan bahan pangan lainnya. Keberadaan hutan hujan juga memperlihatkan hubungan yang sangat erat dengan kehidupan masyarakatnya, khususnya masyarakat adat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan.
Hutan hujan Indonesia menjadi rumah bagi ribuan jenis keanekaragaman spesies. Maka tidak salah apabila Indonesia disebut sebagai Megabiodiversity Country. Daratan Indonesia hanya mencakup 1,3% daratan bumi, tetapi Indonesia memiliki 10 % tumbuhan dunia, 12 % mamalia, 16% reptil dan amfibi, 17 % burung (Collin et al. 1991).
Angka-angka yang menunjukan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia juga bermacam-macam. Indonesia, misalnya memiliki lebih dari 38.000 spesies tumbuhan, 55% di antaranya tumbuhan endemik. Spesies palem juga paling banyak ditemukan di Indonesia dengan 477 spesies, dimana 225 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (BAPPENAS 2003).
Ekosistem hutan tropis memberikan jasa lingkungan yang penting sebagai pengatur iklim dan konservasi tanah dan air. Ekosistem hutan tropis juga berperan penting bagi penyimpan karbon, baik pada level regional maupun global (Laurance 1999). Hutan tropis memiliki nilai estetika yang berpotensi sebagai pengembangan penelitian dan wisata.
Jika dikelola dengan baik, di masa yang akan datang Indonesia memegang peranan penting sebagai negara penyedia keanekaragaman hayati untuk mendukung perkembangan energi terbarukan, bahan obat-obatan, dan sumber pangan. Hutan hujan Indonesia juga dapat menjadi bagian dari solusi penanganan perubahan iklim.
insert picture
1. Ciri-ciri Hutan Hujan Tropis
Ciri-ciri dan kekhasan hutan hujan tropis diantaranya sebagai berikut:
- Curah hujan yang terjadi di hutan ini cukup besar dengan intensitas yang deras setiap tahunnya.
- Hutan hujan tropis berada di kawasan tropis yang mendapatkan sinar matahari yang cukup banyak dengan curah hujan yang tinggi.
- Memiliki keanekaragaman hayati baik berupa hewan maupun tumbuhan yang sangat banyak. Bahkan dapat dikatakan jenis keanekaragaman makhluk hidup di hutan hujan tropis ini sangat banyak dan sangat beraneka ragam.
- Hutan ini memiliki kanopi yaitu penutup di bagian atas hutan ini yang terbuat dari penumpukan ranting dan dahan pohon-pohon yang saling menyilang sehingga berbentuk seperti tudung.
- Ada banyak habitat hewan seperti jenis katak, burung, kadal, kucing dan monyet hidup di kanopi hutan ini.
- Tanah dibawah kanopi yang berada di hutan ini umumnya gelap, lembap dan basah. Namun, permukaan tanah tersebut menjadi tempat pembusukan yang sangat baik sehingga nutrisi dan unsur hara di hutan ini selalu tersedia dengan baik. Karena itulah, tumbuhan dan pepohonan di hutan ini dapat tumbuh dengan subur dan rindang.
- Iklim yang terdapat pada hutan ini basah dengan curah hujan yang merata. Terdapat bermacam-macam jenis tanah di dalam hutan ini.
- Mayoritas tumbuhan yang bisa ditemukan di hutan ini adalah tumbuhan berbatang kurus yang tidak memiliki banyak cabang dan berkulit tipis, serta pepohonan berkayu dengan ketinggian di atas rata-rata pohon yang tumbuh di hutan-hutan selain hutan hujan tropis. Tumbuhan yang terdapat dihutan ini kebanyakan adalah pohon-pohon yang dapat diambil getahnya sepanjang tahun.
2. Fungsi Hutan HujanTropis
Hutan hujan merupakan surga bagi tumbuhan dan binatang liar, sekaligus menjadi tempat berlindung bagi satwa yang terancam punah. Beberapa hewan liar hanya bisa bertahan hidup di hutan hujan memiliki banyak manfaat. Diantaranya adalah mencegah erosi, mencegah kekeringan dan menyediakan sumber air, melindungi dari terpaan angin kencang atau mengurangi resiko terjangan badai, menghasilkan kayu hasil hutan, menjaga keseimbangan iklim dan sebagainya.
Hutan hujan menyerap CO2 (karbon dioksida) yang ada di atmosfer dan mengeluarkannya sebagai O2 (oksigen) untuk dihirup mansuia dan hewan. Tanah pertanian di sekitar hutan hujan senantiasa subur. Selain karena menghasilkan humus, hutan hujan menjaga iklim dari perubahan suhu udara yang signifikan. Jika di daerah yang tidak memiliki hutan hujan, maka perubahan cuaca akan terasa menyengat sehingga tanaman tidak bisa sesubur di hutan hujan. Hewan-hewan tidak bisa bereproduksi dengan baik seperti di hutan hujan. Di negara-negara yang beriklim selain tropis, perubahan iklim yang mendadak bisa menyebabkan kematian pada banyak spesies.
Keanekaragaman hayati Indonesia, flora dan fauna, serta penyebarannya berdasarkan Garis Wallace dan Garis Weber
Keanekaragaman Hayati Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dua negara lainnya adalah Brasil dan Zaire. Tetapi dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah di samping memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki areal tipe indo-malaya yang luas, juga tipe oriental, australia, dan peralihannya. Selain itu, di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta spesies endemik.
Indonesia terletak pada garis 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Dengan demikian, Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia juga memiliki berbagai jenis ekosistem, seperti ekosistem perairan, ekosistem air tawar, rawa gambut, hutan bakau, terumbu karang, dan ekosistem pantai.
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Keanekaragaman tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan tropik. Jika di hutan iklim sedang dijumpai satu atau dua jenis pohon, maka di areal yang sama di dalam hutan hujan tropik memiliki keanekaragaman hayati sekitar 300 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan iklim sedang. Di dalam hutan hujan tropik terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan fauna yang belum dimanfaatkan, atau masih liar. Di dalam tubuh hewan dan tumbuhan itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Sifat-sifat unggul itu misalnya tumbuhan yang tahan penyakit, tahan kekeringan, dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi. Ada pula yang memiliki sifat menghasilkan bahan kimia beracun. Jadi, di dalam dunia hewan dan tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun belum, terdapat sifat-sifat unggul yang perlu dilestarikan.
Flora dan Fauna di Indonesia
1. Jenis dan Persebaran Tumbuhan (Flora) di Indonesia
Jenis tumbuh-tumbuhan di Indonesia diperkirakan berjumlah 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari flora dunia. Lumut dan ganggang diperkirakan jumlahnya 35.000 jenis. Tidak kurang dari 40% dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya terdapat di Indonesia dan tidak terdapat di tempat lain di dunia.
Tumbuhan yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, Philipina sering disebut kelompok tumbuhan Malesiana. Beberapa jenis tumbuhan khas di Indonesia :
* Durian ( Durio zibethinus ), ada beberapa varietas : Durian Petruk (Jepara), durian Simas (Bogor), durian Sitokong (Ragunan-Jakarta).
* Salak ( Salacca edulis ), beberapa varietas : salak pondoh (sleman), salak bali, salak condet (jakarta).
* Bunga Bangkai ( Rafflesia arnoldi ) dari Bengkulu
* Pohon Jati (Tectona grandis), Mahoni (Switenia mahagoni), Kenari (Canarium caesius) banyak ditemukan di Jawa, keruing (Dipterocarpus sp), Matoa (Pometia pinnata) dari Papua.
* Meranti (Shorea sp), rotan (Calamus caesius) di kalimantan.
* Cendana (Santalumalbum), kayu putih (Eucalyptus alba)
2. Jenis dan Persebaran Hewan (Fauna) di Indonesia
Hewan-hewan di bagian barat Indonesia (Oriental) yang meliputi Sumatera, Jawa dan Kalimantan, serta pulau-pulaunya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
-Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
-Terdapat berbagai macam kera. Kalimantan merupakan pulau yang paling kaya kan jenis-jenis primata. Ada tiga jenis primata, misalnya bekantan, tarsius, loris hantu, orang utan.
-Terdapat hewan endemik, seperti:
1. Badak bercula satu di Ujung Kulon
2. Binturong (Arctictis binturong), hewan sebangsa beruang tapi kecil
3. Monyet Presbytis thomasi
4. Tarsius (Tarsius bancanus)
5. Kukang (Mycticebus coucang)
-Burung-burung Oriental memiliki warna yang kurang menarik dibanding burung-burung di daerah Australia, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang endemik misalnya jalak bali (Leucopsar rothschildi), elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons), ayam hutan berdada merah (Arborphila hyperithra), ayam pegar.
Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian Timur (Australian), yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewan di Indonesia bagian Timur adalah:
a) Mamalia berukuran kecil
b) Banyak hewan berkantung
c) Tidak terdapat spesies kera
d) Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
3. Hewan dan Tumbuhan endemik di Indonesia
Hewan dan tumbuhan endemik Indonesia adalah hewan dan tumbuhan yang hanya ada di di Indonesia.
* Hewan yang endemik misalnya : harimau jawa (Panthera tigris sondaicus), harimau bali (sudah punah), jalak bali putih (Leucopsar rothschildi) di Bali, badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon, binturong (Artictis binturong), monyet (Presbytis thomasi), tarsius (Tarsius bancanus) di Sulawesi Utara, kukang (Nycticebus coucang), maleo (hanya di Sulawesi), komodo (Varanus komodoensis) di Pulau Komodo dan sekitarnya.
* Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia misalnya Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), Rafflesia borneensis (Kalimantan), Rafflesia cilliata (Kalimantan Timur), Rafflesia horsfilldii (Jawa), Rafflesia patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), Rafflesia rochussenii (Jawa Barat), dan Rafflesia contleyi (Sumatra bagian timur).
* Bedali (Radermachera gigantean), Kepuh (Stereula foetida), Bungur (Lagerstroemia spesiosa), Nangka celeng (Arthocarpus heterophyllus), Mundu (Garcinia dulcis), Sawo kecik (Manilkara kauki), Winong (Tetrameles nudiflora), Kluwak (Pingium edule), Gandaria (Bouea macrophylla)
Penyebaran Flora dan Fauna di Indonesia berdasarkan Garis Wallace dan Garis Weber
Persebaran hewan-hewan di dunia dikelompokkan menjadi 6 (enam) daerah utama, yaitu :
insert picture
Jenis-jenis hewan yang ada di Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 220.000 jenis yang terdiri atas lebih kurang 200.000 serangga (± 17% fauna serangga di dunia), 4.000 jenis ikan, 2.000 jenis burung, serta 1.000 jenis reptilia dan amphibia.
Penyebaran keanekaragaman hayati di Indonesia, khususnya hewan, sangat berkaitan erat dengan letak geografis Indonesia. Penyebaran hewan ini secara umum terbagi menjadi dua wilayah, yaitu kawasan timur (Benua Australia) dan kawasan barat (Benua Asia).
Dalam ekspedisinya ke Indonesia, Alfred R. Wallace (1856) menemukan perbedaan hewan di beberapa daerah di Indonesia. Jenis burung yang ada di Bali tidak dijumpai di Lombok, dan sebaliknya. Hewan yang terdapat di Sumatera, jawa, Bali, dan Kalimantan mirip dengah jenis hewan di daerah geografis Oriental (Asia), sehingga Wallace membuat garis pembatas yang dikenal dengan garis wallace yang memisahkan daerah oriental dengan daerah Australian (meliputi Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara).
Ahli zoology Jerman, Max Weber menjumpai hewan di daerah Sulawesi mirip dengah hewan di daerah Oriental dan Australian (merupakan peralihan), sehingga membuat garis pembatas yang dikenal garis weber yang membentang daerah Sulawesi ke selatan hingga kepulauan Aru.
Dengan demikian, hewan-hewan di Indonesia memiliki tipe daerah Oriental, Australian, dan Peralihan
Konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem
Keanekaragaman hayati Gen, Jenis dan Ekosistem merupakan keanekaragaman makhluk hidup pada semua tingkatan organisasi kehidupan. Perhatikan lingkungan di sekitarmu, kamu akan menemukan beraneka ragam makhluk hidup ciptaan Tuhan. Di tempat yang berbeda, kamu akan menemukan keanekaragaman makhluk hidup yang berbeda. Bahkan di antara makhluk hidup yang sejenis terdapat keanekaragaman. Keanekaragaman hayati yang ada di bumi memang sangat menakjubkan. Sekitar dua juta jenis makhluk hidup yang hidup saat ini baik monera, hewan, maupun tumbuhan telah diberi nama dan dideskripsikan dengan baik. Namun diperkirakan masih ada sekitar 10 juta hingga 30 juta jenis makhluk hidup yang belum dikenal dan dideskripsikan. Belum lagi jenis-jenis makhluk hidup yang dulu pernah menghuni bumi namun sekarang telah punah. Selain jenisnya yang begitu banyak, makhluk hidup itu juga beragam dalam ukuran, bentuk, dan cara hidupnya.
Meskipun makhluk hidup sangat beraneka ragam, kamu dapat menemukan persamaan ciri di antara mereka (keseragaman). Coba kamu amati halaman rumah atau sekolahmu. Di sana terdapat bermacam-macam tumbuhan dan hewan. Perhatikan tumbuhan yang ada, meskipun jenisnya bermacam-macam, kamu akan menemukan tumbuhan yang sama-sama berupa pohon, perdu, atau semak; sama-sama sebagai tanaman hias, tanaman peneduh, atau tanaman pelindung. Dari bermacam-macam hewan yang ada, kamu akan menemukan hewan yang sama-sama berkaki dua, empat, atau berkaki banyak; sama-sama memakan rumput, buah, serangga, atau hewan lain. Kamu boleh juga mengelompokkan hewan dan tumbuhan itu berdasarkan kriteria yang lain. Dari hasil pengamatan itu, kamu tentu dapat membedakan konsep keseragaman dan keberagaman makhluk hidup.
Apa perlunya mempelajari keseragaman dan keberagaman makhluk hidup? Karena jenis makhluk hidup sangat banyak, kamu akan lebih mudah mempelajarinya jika mereka dibagi dalam kelompok-kelompok. Pengelompokan ini disebut klasifikasi, yang didasarkan adanya persamaan dan perbedaan ciri di antara berbagai makhluk hidup.
Tingkat Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati meliputi keanekaragaman makhluk hidup pada semua tingkatan organisasi kehidupan. Jadi keanekaragaman hayati tidak hanya terjadi antarjenis, tetapi dalam satu jenis pun terdapat keanekaragaman atau bervariasi. Variasi ini diakibatkan oleh keanekaragaman gen. Selain itu keanekaragaman lingkungan menyebabkan jenis makhluk hidup yang ditemukan di suatu ekosistem berbeda dengan jenis makhluk hidup di ekosistem yang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya keanekaragaman ekosistem.
1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen
insert Picture
Keanekaragaman hayati tingkat gen adalah keanekaragaman gen dalam satu spesies. Gen merupakan pembawa sifat suatu makhluk hidup, misalnya gen pada manusia menentukan bentuk rambut, hidung, mata, kulit, postur tubuh, dan sebagainya. Perubahan gen menyebabkan perubahan sifat sehingga perbedaan gen menyebabkan terjadinya variasi dalam satu spesies. Gen terletak pada ADN yang berada pada tempattempat tertentu di dalam kromosom dan kromosom terletak di dalam sel. Makhluk hidup dalam satu spesies mempunyai jumlah kromosom yang sama. Meskipun perangkat dasarnya sama, tetapi susunan gen dapat berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies. Selain faktor genetik (disebut genotipe), ciri atau sifat yang muncul pada suatu makhluk hidup (disebut fenotipe) juga ditentukan oleh lingkungan. Jika salah satu atau keduanya berubah, maka akan menimbulkan perubahan sifat.
Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen adalah keanekaragaman warna pada bunga tanaman mawar. Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna-warni, dapat berwarna merah, putih, atau kuning. Pada tanaman jeruk, kamu dapat menemukan variasi pada bentuk buah, rasa, dan warnanya. Demikian juga pada ayam, kamu dapat membedakan bentuk dan ukuran tubuh, warna bulu, dan bentuk pial (jengger) antara ayam kampung, ayam cemani, ayam hutan, ayam leghorn, ayam bangkok, dan ayam kate.
Mengapa terjadi variasi genetik dalam satu spesies, padahal jumlah kromosomnya sama? Variasi gen dapat terjadi karena adanya perkawinan dan mutasi. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang merupakan kombinasi dari perangkat gen kedua induk/orang tuanya. Kombinasi ini akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas (varitas). Sedangkan mutasi adalah perubahan susunan materi genetik. Karena susunan materi genetik berubah maka terjadi perubahan ciri atau sifat yang menimbulkan keanekaragaman fenotipe.
Susunan perangkat gen menentukan ciri dan sifat pada individu yang bersangkutan. Keanekaragaman susunan perangkat gen menentukan keanekaragaman individu. Setiap individu mempunyai susunan gen yang berbeda dengan individu lainnya, walaupun termasuk kedalam jenis yang sama. Variasi susunan gen pada individu-individu yang termasuk dalam jenis sama akan mengakibatkan adanya variasi bentuk, penampilan, dan sifat yang tampak akan berbeda. Variasi tersebut adalah sebagai keanekaragaman gen atau individu.
Variasi bentuk, penampilan dan sifat antar individu tanaman padi merupakan contoh keanekaragaman gen. pada tumbuhan. Variasi bentuk, penampilan antar individu tikus merupakan contoh keanekaragaman pada hewan.
2. Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis
insert picture
Keanekaragaman hayati tingkat jenis merupakan keanekaragaman jenis dalam suatu ekosistem yang ditunjukkan oleh adanya beraneka ragam jenis makhluk hidup baik dari kelompok hewan, tumbuhan, jamur, dan mikroorganisme. Keanekaragaman jenis merupakan seluruh variasi pada makhluk hidup yang berbeda jenisnya dan dapat diamati dengan mudah. Tentu kamu dapat membedakan jenis kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang buncis, kacang kapri, dan kacang hijau. Atau membedakan kelompok hewan antara kucing, harimau, singa, dan citah. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat jenis, salah satu caranya adalah dengan mengamati ciri ciri fisiknya, misalnya bentuk dan ukuran tubuh, warna, kebiasaan hidup, dan lain-lain. Walaupun kacang-kacangan termasuk dalam satu familia Leguminosae dan hewan-hewan tersebut termasuk dalam satu familia/suku Felidae, tetapi diantara mereka terdapat perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna bulu, tipe lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, dan lingkungan hidupnya.
3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem
insert picture
Semua makhluk hidup berinteraksi atau berhubungan erat dengan lingkungan tempat hidupnya. Setiap makhluk hidup tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang sesuai, sehingga pada lingkungan tertentu dapat dihuni berbagai macam makhluk hidup. Perbedaan komponen abiotik menyebabkan perbedaan makhluk hidup yang menghuninya. Karena ada banyak ekosistem di bumi maka timbul keanekaragaman hayati tingkat ekosistem, misalnya ekosistem padang rumput, hutan hujan tropis, pantai, sungai, dan air laut.
Lingkungan hidup terdiri dari komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup. Komponen abiotik meliputi faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik misalnya iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan kelembaban. Faktor kimia meliputi salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan mineral. Komponen biotik maupun abiotik dalam suatu ekosistem sangat beragam, sehingga ekosistem yang terbentuk akan bervariasi pula. Di dalam ekosistem, terjadi hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan biotik maupun abiotik.
Salah satu penyebab keanekaragaman hayati tingkat ekosistem adalah perbedaan letak geografis. Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah. Di daerah dingin terdapat bioma tundra yang ditumbuhi sejenis lumut. Hewan yang dapat hidup antara lain rusa kutub dan beruang kutub. Di daerah beriklim sedang terdapat bioma taiga yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan konifer dan ditempati hewan seperti anjing hutan dan rusa kutub. Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis yang memiliki flora dan fauna yang sangat beraneka ragam.
Keselamatan Kerja
Penerapan Keselamatan Kerja pada suatu kegiatan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh pelaku Kegiatan Guna melindungi keamanan Para Pekerja.
Pengertian Keselamatan Kerja Yang dikutip dari beberapa sumber adalah :
1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa (Suma’mur, 1996).
2. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya.
3. Keselamatan Kerja Adalah Segala upaya untuk mengurangi Kemungkinan Terjadinya kecelakaan saat melakukan pekerjaan.
4. Keselamatan Kerja adalah Tindakan aktif setiap orang untuk menjaga keselamatan dirinya dari hal-hal yang tidak diiginkan.
5. Keselamatan kerja adalah system perlindungan diri terhadap segala kemungkinan yang dapat menyebabkan kecelakaan
6. Keselamatan Kerja adalah tindakan preventif terhadap kecelakaan yang dilakukan sebagai bentuk tanggungjawab diri saat bekerja
Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah :
1. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktifitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
3. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan bahaya kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya-bahaya peledakan
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang perlindungan atas keselamatan karyawan dijamin pada pasal 108 yaitu:
1. Keselamatan dan kesehatan kerja
2. Moral dan kesusilaan
3. Pelaksanaan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia serta nilai-nilai agama.
Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3 adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas.
Definisi K3
K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) “Occupational Health and Safety”, disingkat OHS. K3 adalah kondisi yang harus diwujudkan di tempat kerja dengan segala daya upaya berdasarkan ilmu pengetahuan dan pemikiran mendalam guna melindungi tenaga kerja, manusia serta karya dan budayanya melalui penerapan teknologi pencegahan kecelakaan yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan peraturan perundangan dan standar yang berlaku.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
Secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya.
1. Keselamatan (safety), Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi.
2. Kesehatan (health), Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of physiological and psychological well being of the individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Tujuan Penerapan K3
Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang- Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional
Berikut ini merupakan contoh keselamatan kerja di laboratorium :
a. Selama bekerja di laboratorium harus mengenakan jas laboratorium
b. Setiap pengguna laboratorium harus menjaga ketertiban, kebersihan, dan keamanan laboratorium
c. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium
d. Dilarang bersendau gurau di laboratorium
e. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan kimia
f. Sebelum bekerja di laboratorium siapkan buku kerja dan alat tulis
g. Pelajari dengan seksama jenis percobaan, jenis bahan, jenis peralatan, dan cara membuang limbah sisa percobaan.
h. Dilarang makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium.
i. Jagalah kebersihan meja percobaan.
j. Setiap praktikan harus mencatat semua kegiatan dengan selengkap-lengkapnya.
k. Gunakan peralatan kerja khusus, seperti kacamata pengaman , untuk melindungi mata.
l. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
m. Biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air bersih , terutama setelah melakukan percobaan
n. Apabila terjadi kecelakaaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera kepasa asisten
o. Matikan keran air dan aliran listrik sebelum meninggalkan laboratoruim.
Alat-alat keselamatan kerja di laboratorium :
a. Jas laboratorium
b. Kain lap yang tahan panas/tidak mudah terbakar
c. Sarung tangan tahan panas
d. Masker
e. Kacamata pelindung
f. Ruangan khusus untuk pemakaian bahan kimia berbahaya
g. Peralatan PPPK
h. Alat pemadam api ringan
Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.
Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.
Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.
Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah.
2. Merumuskan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis.
5. Merumuskan kesimpulan.
Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.
Subscribe to:
Posts (Atom)